buatku, sama saja hari ini dan kemarin. tidak ada yang berubah. cuma penampilanku yang berubah, cuma perangaiku yang biasa. hidupku tidak berubah, hariku masih saja panas dan hujan yang saling sikut bergantian. monoton. aku suka seni, dan itu tidak menolong. aku sadar, aku terlalu dibawa efek negatif dari masa kecilku, sehingga aku tidak bisa membahagiakan orang-orang yang ada di dekatku.
dan mereka-mereka hanya mendengarkan, ternyata aku dan mereka berbeda. mereka pernah hidup bahagia. aku pernah bahagia, dan itu tidak cukup bagiku. aku senang mendengarkan kebahagiaan, dan aku paling tidak tahan mendengarkan kepahitan cerita teman, cerita putri dan yang lainnya. aku tahan terhadap ceritaku sendiri. aku habisi cerita itu disini. tidak akan ada yang benar-benar peduli. selalu seperti itu, sampai aku senang tidak dipedulikan. untuk apa teman-teman dan putri harus peduli, dan mereka tidak akan pernah mengerti, tidak akan.
putri menyuruhku pulang, aku enggan. aku ingin sekali memang, tapi aku tahu apa yang akan terjadi. aku bakal sendirian lagi. apa bedanya aku disini. meski putri dekat, aku selalu merasa dia jauh sekali, entah dimana. dia tidak pernah cerita. aku ketakutan. aku hanya bisa membuatnya pusing meski putri tidak pernah berkata demikian. aku melihatmu sayang, jelas sekali. tidak perlu mengelak atau menutup diri. kamu tahu, aku selalu bisa merasa, bahkan untuk sesuatu yang belum terjadi.
sampai saat ini, aku menuliskan kepadamu tentang kepedulian. aku ingin kamu tidak peduli, sama saja dengan semuanya dirumah. mereka peduli terhadapku, tentang kesehatan, tentang kehidupanku disini. mereka tidak pernah mengetahui, apa yang menjadi kesenanganku. tahukah kamu kenapa aku selalu negatif thinking? karena setiap aku tertawa dan senang, aku selalu sendiri, dan tidak ada yang menemani. tahukah itu menyakitkan? tahukah aku sudah berkepala dua? aku butuh remajaku dengan riang, itu tidak aku dapatkan selain bepergian sendiri, mencari kesenangan yang palsu. aku mencari itu untuk meninggalkan kesedihan.
selesai sudah. aku memang tidak akan berubah. seleraku rendah, termasuk dalam memilih barang-barang kesukaanku. aku pernah diolok-olok ketika membeli barang barang antik di mirota, dan semua teman menertawaiku. aku tanpa selera. waktu itu, aku ingin membelikan oleh-oleh untuk hana, dan aku sama sekali tidak punya selera yang cukup bagus untuk memilih barang, bahkan untuk orang yang aku sayangi.
tahukah kamu putri? catatan-catatan harianku ini bakal menjadi catatan nanti. entah apa aku akan berubah. aku senang melihatmu daridulu, sebelum kita terlibat cinta. aku selalu ingin memberikan, bukan menerima, karena kamu tahu dan aku tahu, kamu bakal merasakan kebosanan saat bersamaku. itulah mengapa aku selalu bersikeras untuk memberikan kasih sayang yang tidak pernah ingin dibalas. kamu tetap saja seperti itu, cobalah untuk tidak peduli. karena egoisku untuk kebahagiaanmu. aku tidak peduli dengan diriku.
sejarahku yang manis, entah dimana. aku punya cukup uang, dan semua itu tidak bisa mengembalikan dan membeli kesenangan untukku. dan ketika kamu marah, lepaskan itu semua. ajak aku untuk berkelahi dengan emosi. aku punya banyak emosi, aku tidak ingin mengeluarkan, karena aku tahu bagaimana itu emosi sampai-sampai aku tidak lagi berani melihat darah. aku ketakutan setengah mati. merinding aku mengingat diriku dulu.
aku punya seseorang yang aku sayangi. aku tidak lagi memberikan emosi itu kepadamu. jangan memancing, karena itu menyakitiku. cobalah tidak menghubungiku, cobalah mencari kesenanganmu sendiri. pergilah dariku, kamu hanya perlu tahu, aku sayang kamu. aku sayang melihat kamu bermain tidak di dekatku.
jangan bilang aku hebat, karena aku selalu salah dimanapun. aku tidak pernah diberikan kesempatan seperti itu dirumah. aku diajarkan selalu benar, sehingga aku menjadi sombong saat itu, menyepelekan teman sepermainan karena jenjang pendidikan mereka jauh dibawahku. aku pintar bukan untuk diriku sendiri, aku selalu dituntut seperti itu hanya karena aku anak dari seorang guru.
dan aku sudah menjalani hidupku ini sendiri. aku masih tidak tahu ingin dibawa kemana semua ini. dan kamu janganlah pedulikan umurmu yang masih belia. bukan itu masalah utama. psikolog dan manusia itu kan yang memberikan bahwasanya umurmu itu masih tidak konstan. aku tahu kamu percaya tuhan dalam islam, Allah SWT. cuma dia yang tahu mengapa umurmu berjalan demikian hebat, jangan pernah mengeluh untuk meminta dihidupkan sewajarnya anak seusiamu.
kamu pintar, memang seperti itu. aku tidak melihatmu pintar dari akademis tetapi aku bisa melihat kamu pintar dari caramu berpikir. kamu cukup baik untuk anak seumurmu. bukan pujian ini. jika kamu merasa aku terlalu menyanjungmu dan kamu geli akan hal ini, silahkan buat tulisanmu sendiri untuk menjatuhkanku. aku senang akhirnya kamu terpancing menjadi lebih produktif. jika di dalam dunia nyata, aku tidak berbuat apa-apa, sekiranya lewat tulisan menjijikan dan deskripsi berlebihan cintaku kepadamu bisa membuatmu menjadi lebih baik dan produktif. kamu akan belajar suatu hari nanti. hidupku seperti ini, maka tinggalkanlah selayaknya mereka meninggalkanku.
aku dulu begitu possesif. aku tidak ingin seseorang yang kusayang pergi. aku tidak ingin ditinggal lagi. ternyata, aku salah. lagi lagi aku salah. dan kamu sudah kubiarkan tanpa pegangan yang kuat. aku bingung ingin berbacot apa lagi. putri, aku sayang kamu. jaga aku dengan baik.
sudah banyak bukan cerita tentang pedih peri. aku berhenti cerita kepadamu. sebenarnya aku ingin, aku ingin sekali cerita kepadamu, aku ingin berbagi, karena aku orang yang selalu ingin membagi. tapi cukuplah kamu berkata bosan. dan kenapa mataku selalu merah setiap hari? karena aku menangis sendiri dan tak bisa membagikannya kepadamu, sekali lagi. dan aku selalu bilang, aku kurang tidur tiap kali ada yang menanyakan mengapa mataku memerah. lucu sekali bukan. hidupku sampah sekali.
menjauhlah dariku sayang, sebentar lagi kamu bakal bosan. sebentar lagi, kamu bakal mengulangi di hujan sore bersama orang lain, memakan oreo, terlihat indah. ceritamu selalu membuatku iri. dan ceritaku, hanya membuatmu menghela napas, membuang tatapan, memperlihatkan keacuhan. dan sikapmu itu seakan membuatku menjadi orang yang paling bersalah. aku tersakiti oleh ucapanku yang membuat sikapmu demikian.
sekarang aku tidak bisa cerita lagi. aku cuma punya cerita ibu dan cinta. dua hal itu saja. ironis bukan. saat teman-teman berlomba-lomba untuk mencari kebahagiaan, kebahagiaan bersamamu menjadi hal yang sulit aku berikan.
dimas -yang terkasih.-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar