Senin, 14 Maret 2011

akhirnya kita tiba pada suatu hari yang biasa,
di suatu ketika yang telah lama kita ketahui.

- Gie.

ternyata sudah berhenti sampai disini. sudah, aku tak ingin menulis disini lagi.

Senin, 28 Februari 2011

dop. gelap. jalanan banyak debu. malam seperti ini baiknya diam di kamar. "say, kamu dimana?", kataku di telepon. "aku di kamarku", sautnya. "aku kesana, kita nonton dvd", pintaku.

tak lama, aku sampai di kamarnya. alamak, kakiku kotor. debu di jalan memang tidak ada duanya. mirip nikotin atau gula, sulit dihindari, bisanya cuma dicuci. tetap saja kena. untung saja, pacarku ini orangnya bersih sekali. bagus bagiku. jarang sekali aku mencuci kaki. untuk hal kecil seperti kebersihan diri ini, aku sering luput, bahkan tak ingat sama sekali. "hahaha", gumamku dalam hati.

"yuk kita setel pelem", ajaknya. "siap", kataku menjawabnya. seperti biasa, lagu brand Dolby lebih dulu nyaring di awal-awal detik. setelah 30 menit terpaku pada film yang diputar, pacarku ini menutup mukanya dengan tangan, seperti membasuh wajah saat wudhu, "ah ngebosenin filmnya".

aku pun berpaling. ku dekap bahunya, "biar ini ngebosenin, yang penting kita punya waktu buat bareng." maksudku juga begitu. bukan film yang sebenarnya ingin aku tonton. tapi aku ingin bertemu dan bermain dengan pacarku ini. dia lucu. sudah lama kita tak punya waktu. bagiku, ketemu dengan dia adalah hal yang paling bisa mengobati jenuhku di jalanan. maklum, sebagai mahasiswa yang nantinya jadi wartawan, aku banyak waktu di jalanan.

Jumat, 18 Februari 2011

akhir pekan yang sendu. "ah aku ingin ke pantai", cetusku. "yuk, kita main air sekalian berenang", katanya. tak pakai lama ku kepaki baju dan celana. satu lagi, kacamata hitam biar aman dari sinar matahari.

selama beberapa jam, kita habiskan waktu di jalan. "walah, lelahnya, pantatku kebakar", gerutuku sambil memegang bokong yang terasa panas. "iya, tapi kita di pantai", serunya sambil merentangkan tangan. "pantaaiiiiiiii", kata kita berdua sambil bergandengan tangan menuju pesisir dengan tas masih dipunggung.

"habis ini kamu nulis ya, nulis batin yang gerah selama di kota sana", katanya. dengan menaikkan alis, jawabanku ragu, "ehmm, entah, liat nanti saja". "ah kamu", cemberutnya.

"iya, aku nanti nulis", kataku mengiyakan. "tapi inget ya, nanti cukup kamu baca, dan jangan balikin lagi ke aku pas disana, karena setelah aku nulis semuanya, aku hidup. kalo kamu bahas lagi, aku mungkin sedang sekarat, untuk hidupku dalam tulisan itu oke", bahasku serius.

"oookeeeeeeyyyyy", teriaknya sambil memelukku di pinggir pantai itu. batinku, "ah aku sayang kamu."

Selasa, 15 Februari 2011

kadang aku iri melihat kalian yang begitu serasi. kadang aku iri, dan aku sudah berusaha mengikuti dan mempelajari. ternyata aku tak bisa seperti kalian yang biasa. aku iri kepada kalian, karena tak ada yang saling berusaha melecehkan satu dan lainnya. kadang aku bermain bersama kalian berdua, dan kalian cukup biasa, tak ada bedanya saat kamu dan dia bersama.

aku iri kepada kalian. aku tuliskan, karena aku tak bisa sebegitu menyenangkan seperti kalian. mungkin saja ada yang membaca semua ini dan merasa, "apa sih ni orang". tapi bagiku, kedua sahabatku ini adalah inspirasi.