ketika ada yang menemani, obrolannya tak jauh dari dia dan dia. hatinya, dirasuki. begitulah hati yang berkata, tampak jelas dalam tiap suaramu. jika kata tak lebih dari ungkapan, maka hati adalah makna, yang mungkin dimanipulasi dari lisan-lisanmu.
kali ini, mungkin aku bukan orang yang merugi. aku bersyukur. aku tak mengalaminya lagi. roman picisanku sudah kutemui setahun yang lalu, meninggalkan keadaan yang lama, mencoba menjadi sesuatu yang baru bersama dia, yang sudah kutemui waktu itu.
semakin bertambah umur, banyak orang yang bilang, tak berarti menjadi dewasa. katanya umur bukan jaminan. pola pikir dan perbuatan, itulah yang ternyata dinilai. sepertinya aku belum dewasa, begitulah aku yang mengetahui dari bibir kekasihku. memang saat berkata demikian, aku menentang. tapi kata itu langsung melihat dalam hatiku. habis akal.
bagaimanapun, sehebat apapun debat yang kita buat, sepusing apapun suara-suara sindiran yang bising, aku tak habis memikirkanmu. menjadiku atau menjadimu sekarang, adalah hal tersulit. sepertinya kita berdua baru saja mengerti dan memahami apa itu hubungan saling mencintai. hidup menghidupi rasa sayang, berat sekali memang. tapi kamu terus hidup saat aku tak lagi menghubungimu saat marah, atau kamu sedang jengah.
syukurku tak bisa terkatakan lagi, entah apa ada yang salah. aku bersyukur menemukanmu dan menjadikanku seperti ini. seorang pemikir yang semoga saja kamu senangi. maaf untuk kesekian kali, aku mencintaimu dengan begini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar