Rabu, 31 Maret 2010

catatan: pagi

dan seharusnya kita tidak perlu saling tuding, cukup dunia ini yang memikirkan seperti apa alam raya ini nantinya. ini sudah di bulan april, dan hujan pasti masih ada, matahari entah kemana, sedang jalan-jalan ke benua lain sepertinya. dan aku tetap berbadan gelap, tubuh agak besar dan perut yang membuncit. bisep mengendur, kantung mata rada turun, mata kekuningan bukan akibat penyakit hati, melainkan debu dan kotoran yang sudah usil masuk tanpa ijin.

walah, dini hari sudah muncul lagi, pagi sudah siap siaga untuk mengganti fajar. sebentar lagi adzan subuh, ayam akan berisik berkokok, burung akan berdendang ceriwis, dan manusia pun bakal membuka matanya dan membuat puisi dengan judul "pagi". entah bagaimana aku membayangkan itu bisa terjadi. apa karena aku sering membuat puisi saat pagi hari, saat embun masih lembut turun ke bumi, mengusir benci karena jahat, membelai lembut daun dan tanah menjadi basah. puisi selalu hadir di pagi hari, tapi maaf, aku undur diri untuk sementara waktu. bukan karena aku tidak bisa atau tidak ingin membuat puisi, sayang, mataku sudah tidak bisa lagi bertahan untuk melihatnya, pagi di kota ini.

ini adalah sebuah transisi, semuanya berubah bukan. aku berubah, menjadi aneh atau pintar atau bodoh, intinya adalah perubahan. perubahan di indonesia? masa bodoh, enyah saja. aku menjadi laki-laki dewasa, dan untuk menjadinya, bukan jalan mudah, karena aku suka seni dan sekali lagi, seni itu dinamis sayang.

beruntunglah aku menulis, karena aku masih ada. hidup di jaman edan yang tidak bisa tidak harus bergantung kepada uang, bergantung kepada imbalan dan bayar jasa. tidak sepertinya perubahan ini perlu biaya bukan, mudahnya, perubahan itu adalah sekedar cinta. karena cinta itu menyeluruh, jangan salahkan bila ujung-ujungnya adalah masalah cinta. aku cinta uang, aku cinta ibu, aku cinta putri, aku cinta tuhan, aku cinta setan, aku cinta kesenian, aku cinta kata. dan ternyata, semua saling terkait dengan cinta. fool me. clever me.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar