dan jika kelabu telah merenggutku dari sebuah kejelasan, ketidakpastian telah membuatku tertunduk lemas. aku lupa jalan. aku tidak bisa menentukan langkah kaki, ingin ke kanan atau ke kiri. aku sebut ini sebuah cerita yang pedih peri. ibu, aku ingin pulang. aku ingin menceritakan kesenanganku dirumah ke telinga putri. untuk kesekian kalinya, aku lelah seperti ini. aku terlalu dimakan diriku sendiri. aku adalah ego yang terbagi. ego yang sedang mengamuk untuk menjerat saraf kaki dan hati. untuk melangkah dan berhati nurani.
aku ingin menulis. cuma itu yang aku bisa dengan alat-alat yang ada saat ini. betapa bahagianya aku telah menjadi sesuatu yang berharga, setidaknya untuk kesenanganku semata. aku selalu merangkai kata dalam pikiranku, meski kertas tidak ada di hadapanku, aku menulis di alam pikiran. tapi sayang, semua itu hilang saat aku tiba-tiba berbicara. aku ingin hadiri kata, aku ingin hadiri sastra.
aku adalah milikmu. putri, buat aku selalu menuliskan cerita diriku sendiri, cerita fiksi, puisi dan roman picisan kita berdua. Allah telah memilihkan kamu untukku. aku baru menyadari, sebegitu dirimu menginspirasi. maaf jika aku terlalu memuji. aku senang sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar