Kamis, 29 April 2010

tadi pagi aku senang sekali. ada sekotak susu dancow yang tergantung di gagang pintu kamarku. itu dari putri, baik sekali dia. aku menyeduhnya sambil mempersiapkan segalanya untuk aku kerjakan hari ini. dan waktu terus berjalan. dan siang, menjadi uring-uringan.

entah apa yang ada di benak sebuah birokrasi, di jurusanku sendiri. aku membutuhkan surat untuk meliput, tapi apa daya, si petugas berleha-leha dan santai. aku membutuhkannya sangat, membutuhkannya sangat. dia membuatku menunggu ditengah panas siang ini. tidak ada yang bisa aku katakan selain memaki. aku tidak sendirian, ada temanku, ikut uring-uringan. aku benci untuk menunggu. aku benci itu Tuhan.

entah karena dia yang membuatku marah atau memang panas membuat otakku tidak bisa berpikir normal. tapi, hari ini sangat ramai oleh sebuah pentas raut muka yang aku tampakkan dalam dunia.

dan lagi, aku menunggu. kali ini dari putri. ada sesuatu yang datang dari dirinya. aku bertanya, dia tidak menjawabnya. lalu terus aku bertanya, selalu saja dialihkannya. dia bilang, tadi dia membutuhkanku. begitu aku membaca pesan darinya, aku makin lemas saja. uangku sudah habis, perutku lapar, cuma rokok yang masih kubeli dan sebotol air putih. cuma itu, dan putri terus saja membuatku penasaran.

aku ingin sekali marah, aku ingin sekali membentak. tapi siapa diriku. aku hanyalah pemuda yang dicintainya sementara. aku terus bertanya dan dia terus saja mengalihkan, begitu terus. entah apa yang terjadi kepadanya. dan aku harus berurusan kembali dengan suatu hal yang kubenci, MENUNGGU.

berulang kali kuucapkan maksudku kepadanya, sama saja, dia tetap bungkam. apalah yang lebih mengganggu daripada penasaran? fokus sedang kukerjakan, dan fokus itu hilang, aku makin uring-uringan. aku butuh kamu putri. ternyata, kamu lupa untuk selalu berkata dan bercerita. maafkan itu putri. aku idiot sekali. sekarang aku pusing sekali. tapi lebih baik aku diam? lebih baik, karena putri bungkam, aku melakukannya lagi seperti dulu. aku benci itu. aku ingin mengamuk sekarang.

sepele memang. itu bukan urusanku. apa peduliku sebenarnya. tapi putri sudah membuatku menggubrisnya. aku penasaran. sebagai saran, katakan semuanya daripada kamu menunggu esok. apabila aku mati malam ini, bagaimana kamu akan menceritakannya, kekasihku tersayang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar