hari sudah berganti. sangat dini hari di mataku. sudah jam berapa sekarang? wah sudah terlalu larut malam, bukan deng, sudah pagi. terlalu pagi untuk tetap terjaga. ini bukan bulan puasa. ini masih di bulan yang biasa. tidak ada bulan yang biasa kecuali hari-hari. semua bisa bersenang-senang bercengkerama, memainkan gitar dan bernyanyi sesuka ria. ada nada, di setiap tempat yang aku singgahi. bahkan burung pun bernyanyi serta jangkrik. mereka sedang maraton sahut-sahutan dengan sang pagi. jangkrik pergi, burung mulai bermain suling paruh dan ayam pun mulai dengan cengkok dangdut mendayunya.
bermain foto, bermain kata dan bercanda tawa sepertinya menjadi suatu hal untuk menghabiskan malam. menghabiskan pagi yang kedinian. aku merindukan putri, si pacar yang unik itu. dia mungkin sudah tidur. aku jadi teringat, raut mukanya saat tertidur di pundakku sewaktu bepergian ke jakarta, polos dan natural. semua memang begitu. penjahat sebengis apapun pasti menunjukkan raut yang biasa, raut yang natural saat tertidur. sedangkan aku menganga, iler tumpah di kasur, dan seruput aku telan lagi, aku peperkan di baju atau benda lainnya asalkan bagian bibirnya tetap kering apa adanya walau agak dipaksa juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar