hari yang sesuai dengan panasnya matahari, sesuai dengan kota pegunungan yang sore nanti berubah menjadi dingin. sebuah muka yang hadir kemarin akan hadir kembali mengisi geraman, terisi sekali lagi dengan jejalan keirihatian akibat pekerjaannya yang perfeksionis tahi babi.
sekali lagi itu ditujukan kepadaku, aku akan membalik badan, menjuruskan amarahku kepadanya, si pemuja kepanikan. aku telah mencoba untuk melakukan apa yang menjadi tugasku, dan itu, masih saja dikomentari, masih saja merasa sudah bekerja dengan batas aksi yang maksimal, aku tidak mengerti, tidak ada pelajaran yang dipahami. padahal baru kemarin, orang itu mengomentari kinerja temannya. ternyata, tanggung jawab dirinya atas masa ini tidak sebaik yang dimarahinya tempo hari. andai saja, bisa kurekam bacot itu, akan kulemparhempaskan ke mukanya yang kucal, dengan rambut yang menggatal, dengan mata yang lebam.
untuk tertawaku yang palsu. untuk kegatalan mulutku yang penuh dengan makian. sebenarnya, telah datang hulu tualang caci atas dirinya. sudah saja kusimpan dengan rapi, percuma saja meladeni. tidak menerima kesalahan, itu adalah satu dosa yang panjang. biarlah kesalahan datang masa ini, dan masa depan nanti, untuk sebuah pekerjaan nanti yang kita miliki, kita sudah berbenah, kita sudah mengerti, arti sebuah kesalahan masa ini. bodohnya, aku ingin memaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar