Minggu, 10 Oktober 2010

tuan yang melukis di atas air, bisakah kau menjadikan bayanganku tetap semacam bayangan. meski gulungan-gulungan kecil di air itu meleburkan mukaku. dan jelek, tak berkonstur, hitam, itu bayanganku. bisakah tuan membuatnya berwarna. bisakah tuan mengambilnya dari bentuk cair dan menempelkannya pada sehelai kanvas. tuan, bisakah kamu melukis sufi. melukis tuhanku dan penjelmaan orang suci, seperti jaman dulu, ketika tuhan melukis kegaiban.

bisakah kamu, keragu-raguan menjadi sesuatu yang terlaksana. oleh tetapi, oleh seakan, tapi tidak pernah pasti dalam ilusi dan angan-angan. bisakah roman picisan itu ada, bukan oleh teks atau bahasa, tak pula oleh penjelmaan pemberian barang berharga, bisakah dia ada. karena dia tak pernah sebegitu tampil, selain di lembar kekuningan puisiku yang sembarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar