di luar dingin, udaranya mencekik bulu, merinding dan gigil. mulutku kering, tak lagi basah seperti dulu. mulutku kering, bukan hanya karena di luar sedang dingin, tapi kering karena dirimu yang tak lagi peduli apa itu carring. satu persatu kata dilumat, digulingkan begitu saja, dan menyalahkan diri sendiri. tapi tak akan pernah jadi suatu kebenaran lantaran hanya manisnya kata yang selalu menipu, manis senyuman ketika aku sedang cemburu. dan hari berlalu, dan kamu tidak berubah. dan musim tak berganti, kamu berdiam diri, mengurung sembari menyesali. kamu bertindak benar dalam sikap diam, tapi beberapa jam kemudian, kamu melupakan apa yang sedang kamu lamunkan saat tadi, sedang diam.
saat aku memberi, saat aku menyesali, kenapa harus aku beri sejumlah sikap yang membuatnya aman, karena dirinya memasuki jurang bahaya, yaitu nafsu dan mata yang terus mengintai payudaranya. ia tak sebego itu, namun tolol. keledai mana yang ingin jatuh ke lubang yang sama. perempuan, kamu meminta untuk diperkosa. kamu membuka jalan kepada mata-mata lain untuk berdosa, dan sebenarnya kamu tidak dibuat untuk itu. dan aku sudah sesali, dan kita berdua hanyalah tubuh yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar