langit-langit pendek, tembok padat lukisan, pintu terkunci rapat, dan badanku yang berbaringan di kasur dengan dua bantal. mataku melihat ke atas, kepada lampu yang menyala. batinku teriak-teriak, mengapa di luar sana selalu hujan, membuatku sedu sedan.
langkah-langkah kaki yang mondar-mandir di luar pintu dengan suaranya yang centil, kadang menyapa orang lain membentuk bayangan hitam yang terpancar dari tirai kamar ini. aku sedih sekali. ingin sekali aku keluar bersama teman, menikmati secangkir kopi atau sekedar bercerita tentang perkuliahan yang tidak ada habisnya. kadang aku ingin begitu, atau menikmati kesenangan bersama kekasih yang aku sayang daridulu.
sekarang, banyak sekali yang terjadi. dan aku masih di kamar ini, berbaringan sambil membayangkan. berdialog dalam batin. tanganku menyangga kepala pada bantal. tak pernah habis aku memikirkan semuanya. dan kekasihku tak ada, dia bermain entah kemana. rada kesal melihatnya bermain, karena aku tahu dirinya, sepertinya. apakah aku belum mengenalnya, entahlah, aku hanya berbaring, tak tahu ingin berbuat apa.
tak sepatah kata keluar dari mulut. cuma mata yang berkedip dan ludah yang ditelan sendiri. aku membayangkan kekasihku yang tak pernah mau mendengar apa yang aku inginkan. dan rasa-rasanya perasaan bersalah datang membesit dalam benak, aku seakan membuatnya dalam ketakutan. aku membuatnya menyerempet kepada sindiran orang banyak, khususnya teman-teman yang aku dan dia masih satu sepermainan.
aku keburu nafsu ingin menjadikan dirinya orang yang sempurna di mataku. sebenarnya, aku ingin ia begitu, tapi dunia terlalu besar, dunia menjadikanku hanya seorang. ia bukan apa yang aku bilang, ia hanyalah ia, yang berlaku dan berbuat atas kehendak ruhnya. sedangkan aku adalah jiwa yang lain, ruh yang berbeda, siapa sangka kita akan bertemu disini. kita dalam kegamangan. dan perasaan kekasih yang tak pernah mau mendengar, ia pun diam, tak pernah keluar dari hatinya yang membentak.
sudah berapa kali terjadi seperti ini, dan ketika kita berada dalam waktu yang dinamis, suatu konflik membuat kita beristirahat. saling merenungi, saling membatin. bergerak pun tak sudi, kaki sulit untuk beranjak. aku juga enggan pergi mandi, dan keluar bersama teman untuk secangkir kopi tadi. aku kebagian orang yang dominan, atas dia dan diriku.
buka mata, hati, dan telinga. masih dalam kamar ini, cuma lampu yang menyala dan ruang yang sempit. tak ada yang kulihat beragam disini. mataku kembali kepada kenangan lalu dan masa depan. dunia memang tidak pasti, tapi mengapa, tidak dijalankan saja, satu dunia abadi yang kelak retak. aku mencarimu dalam kegelapan malam. aku menemuimu dalam siang. saat mataku mulai tak melihat, aku mendengar hal-hal yang tak pernah aku inginkan. aku sakit, tapi ini bukan sebatas utopia. ini bajuku dengan wangimu yang selalu kucium, pada kesempatan yang selalu aku temukan, kala benak mulai berprasangka, kala aku melihat wajahmu yang cantik, sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar