Jumat, 26 Maret 2010

catatan : biasa

hari ini biasa saja. tidak ada yang istimewa. dari pagi aku diam didalam kamar, tidak keluar. aku duduk manis di depan layar tanpa satu pun kegiatan yang kuikuti. aku diam, diluar hujan, sungguh aku tidak tahu ia datang. ini sangat menyebalkan, disamping orang-orang yang bebas berkeliaran, aku tidak bisa beranjak bahkan untuk mengingat solat jumat. waktu, itu lagi yang menguburku dalam-dalam. ia berjalan dan tak ingin menunggu. entah apa yang sedang kupikirkan. setelah ini terjadi hampir seharian, ak berpikir, hidupku biasa saja.

begitu pula dengan putri, gadisku yang satu ini. aku merasa dia bosan, ia kembali ke tempat asalnya, ia kembali ke dalam dunianya. aku tidak mengerti lagi. aku tidak ingin menyudahi. semua berjalan begitu saja, dan ketakutanku datang lagi. tidak, itu tidak akan terjadi. dia tidak seceria dahulu. dan akhirnya kita semua tiba pada hari yang biasa. dia tidak seperti dirinya, yang dulu mendekapku malu, ditengah hujan yang sedang turun sendu, menjadikan sore itu sore kita berdua. kita tidak bermalam lagi. kita tidak basah di dalam lagi. kita kering selayak baju di atas pemandian hangat, sudah lecak saat ini. aneh.

mungkin, inilah diriku. berada di dalam sunyi dan tidak bisa bertindak biasa. selalu saja memuja. dan akhirnya, ia membunuhku. ia membuat lututku kaku dan candaanku terasa layu. aku ingin memikirkannya, tapi lagi-lagi aku menjadi banci atas otakku, atas batang yang bergelantung di atas biji jambuku. sepertinya sudah, aku harus bingung kembali mengurusi dunia yang ingin aku telusuri. sekali lagi ucapanku atas dirinya, aku mencintaimu tanpa syarat. asal kamu senang, aku pun turut senang. egois memang. dan aku seakan tidak peduli bagi diriku disini. aku menjadi seorang laki-laki dengan membawa sekantung kebosanan untuk semua orang, semua orang yang ada di dekat denganku. apa yang terjadi hari ini? ia tidak sama dengan kemarin yang memberiku sedikit ketenangan. bahkan ketenangan kemarin seperti air yang dalam, sunyi di permukaan.

aku ingin merambat naik ke atas gunung dengan satu langkah kaki, andai aku bisa, aku ingin naik kesana. tapi, gunung itu terlalu tinggi, bahkan sulit aku melihatnya, selalu saja ada rahasia. dan awan mulai bergemuruh dan mendung kian kelabu, disitu saatnya aku terbaring lesu. ingat aku, begitu, jika tidak, biarkan aku memeramkan mata ini, jauh sekali darimu sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar