sudah kutinggalkan sajak-sajak manis di depan pintu
sudikah kau mengambil sejumput di halaman rumahmu?
sebelum hujan tiba, lekaslah, ambil sebait titik dan koma
cocokkan dengan kata, aku mengenalmu darisini, kesekian, bukan alasan.
ada jalan setapak yang gelap, berjajar mengiringi langkah kita untuk kembali ke kandangmu. aku kemudian dirasuki khayalan gelap, entah karena memang mendung yang singgah menggauli, atau hanya kebiasaan yang telah meracuni seperti pestisida yang salah takar pada tanaman.
aku terjaga, tidak ingin cepat terlelap dan dibawa mimpi. tyo yang cerewet, sudah berapa kali aku mencantumkan namamu disini. sudah kesekian kalinya, hampir setiap hari. tidak ada kebosanan yang berarti, semua hanya kejadian yang terjadi, selalu memiliki arti, bukan kebosanan yang terjalin, tetapi kemesraan yang sedang dirajut seni.
kita masih di usia bayi, aku melihatmu tertawa, namun ada sesuatu, yang tidak bisa dikatakan dengan kata. entah apa itu. karena praduga ini adalah sebuah jelaga, aku siap melawannya, untuk kembali menuliskan paragraf selanjutnya. tanda tanya kembali bertanya tentang sebuah pertanyaan yang selalu ada "entah" sebagai jawabannya.
13 april 2010
01.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar