aku tidak punya lagi kitab sastra untuk menceramahi seorang kesayangan. aku sudah habis untuk tertekan. aku malu memakai sindiran. saat pagi nanti, biarlah dia menjadi amnesia kembali, dan aku tetap begini, mencoba untuk biasa saja. ketakutan datang muluk-muluk sebagai harapan. putriku sayang, tetaplah berproses, semoga baik hasilnya. dan kamu dalam kesenangan abadi, bukan sesaat, bukan hujan yang datang sebentar-sebentar, tetapi menjadi langit yang tetap menjadi langit, saat oranye maupun gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar